Imlek dan Serba-serbi Perayaannya

Tahun Baru Imlek dan Serba-serbi Perayaan  

Tahukah kalian.. Imlek merupakan satu akar budaya, dimana saat perayaan itu berlangsung, seluruh keluarga berkumpul dan  bersama-sama secara khusyuk mengenang leluhurnya. Tak  hanya, makna imlek juga diartikan sebagai perayaan yang dilakukan oleh  petani-petani di Cina setelah melalui musim dingin yang sangat menusuk dan kemudian para petani mensyukuri permulaan musim semi dengan penuh  harapan. Selama perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa merayakannya dengan sembahyang Imlek, sembahyang  pada Thian, dan perayaan Cap Go Meh yang bertujuan sebagai wujud syukur dan doa harapan agar di tahun depan mendapatkan rezeki yang lebih  banyak. Selain itu, biasanya perayaan Imlek menjadi sarana silaturahmi dan bagi-bagi angpau untuk kerabat dan  tetangga, serta menjamu para leluhur mereka.

Sejarah Imlek

Tahun Baru Imlek (sincia) merupakan  perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai  dari pertengahan bulan ke 12 tahun sebelumnya sampai dengan perayaan Cap  Go Meh di tanggal ke lima belas (pada saat bulan purnama). Malam  tahun baru imlek dikenal sebagai Chúxī yang berarti “malam pergantian  tahun”. Puncak acara perayaan Tahun baru Imlek sendiri berlangsung  selama 3 hari, dari sehari sebelum Imlek sampai sehari sesudah Imlek.

Menurut legenda mengenai asal usul Imlek, dahulu kala, terdapat seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan, yang bernama Nián, yang muncul di akhir  musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk  desa. Untuk melindungi diri mereka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun. Dipercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan yang telah  mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan  hasil Panen. Pada  suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah. Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga  setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kerta merah di jendela dan pintu. Mereka juga  menggunakan kembang api untuk menakuti Nian. Adat-adat pengurisan Nian ini kemudian  berkempang menjadi perayaan Tahun Baru. Guò nián, yang berarti  “menyambut tahun baru”, secara harafiah berarti “mengusir Nian”. Tahun Baru Imlek dianggap sebagai hari libur besar untuk orang Tionghoa dan  memiliki pengaruh pada perayaan tahun baru di Negara-negara tetangga, serta budaya orang Tionghoa berinteraksi meluas. Ini termasuk Korea, Mongolia, Nepal, Bhutan, Vietnam, dan Jepang, Hong Kong, Macau, Taiwan, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand dan Indonesia sendiri serta negara-negara lain daerah dengan populasi orang Tionghoa yang  signifikan.

Di  Indonesia sendiri, selama 1965-1998, perayaan tahun baru Imlek dilarang  dirayakan di depan umum. Dengan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967,  rezim Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, melarang  segala hal yang berbau Tionghoa, termasuk tradisi tahun baru Imlek. Masyarakat  keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan  tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid  mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Megawati Soekarnoputri menindaklanjutinya dengan  mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2002 tertanggal 9 April 2002  yang meresmikan Imlek sebagai hari libur nasional. Mulai 2003, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional. Adapun kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan menjelang perayaan Imlek adalah  dengan membersihan rumah secara besar-besaran, termasuk mengecat baru  pintu-pintu dan jendela. Ini dimaksud untuk membuang segala kesialan  serta hawa kurang baik yang ada dalam rumah dan memberikan kesegaran dan jalan bagi hawa baik serta rejeki untuk masuk. Juga  dilanjutkan dengan memasang hiasan-hiasan tahun baru yang terbuat dari guntingan kertas merah maupun tempelan kata-kata harapan, seperti  Kebahagiaan, Kekayaan, Panjang Umur, serta Kemakmuran. Keluarga melakukan sembahyang terhadap leluhur, bermacam-macam buah diletakkan di  depan altar.

Pada malam tahun baru, setiap keluarga akan mengadakan jamuan keluarga dimana setiap anggota keluarga akan hadir untuk bersantap bersama. Setelah makan, biasanya mereka akan duduk bersama ngobrol, main game, atau hanya nonton TV. Semua lampu dibiarkan menyala sepanjang malam. Tepat tengah malam, langit akan bergemuruh dan gemerlap karena petasan. Semua bergembira. Keesokan  harinya, anak-anak akan bangun pagi-pagi untuk memberi hormat dan menyalami orang tua maupun sanak keluarga dan mereka biasanya akan  mendapat Ang Pao. Dilanjutkan juga dengan saling mengunjungi saudara yang lebih tua atau kerabat dekat agar mempererat kebersamaan.

Suasana tahun baru berakhir 15 hari kemudian, bersamaan dengan dimulainya “Perayaan Lentera”  atau perayaan “Cap Go Meh”. Lentera warna-warni aneka bentuk akan  dipasang memeriahkan suasana dan tarian barongsai serta liong juga  digelar. Makanan khas pada saat itu adalah “Yuan Xiao”, semacam ronde yang lain. Tradisi dan kebiasaan boleh berbeda, karena tradisi Imlek dilakukan oleh setiap masyarakat Tionghoa yang tersebar diseluruh penjuru dunia, dan tentunya pasti  membaur dengan kebiasaan daerah masing-masing. Jadi diharapkan, ada satu semangat yang sama dalam merayakan Tahun Baru Imlek, yaitu suatu harapan akan kedamaian, kebahagiaan keluarga, teman-teman ataupun  seluruh penduduk dunia. Selama tahun baru Imlek, semua anggota keluarga harus berkumpul, semuanya harus kembali ke rumah mereka. Tak peduli seberapa jauh lokasinya, Anda harus kembali ke rumah pada malam sebelumnya. Tak peduli seberapa sibuk, Anda harus merayakannya di rumah. Jika tidak, sama artinya dengan Anda tidak lagi menghormati leluhur.

Serba-serbi Perayaan Imlek

Dalam perayaan Tahun Baru Imlek terdapat berbagai macam tradisi khas dan unik, niih simak apa saja keunikan tradisi tersebut:

Kue Keranjang

Kue ini sangat khas dan hampir selalu disajikan pada saat perayaan imlek. Kue keranjang atau biasa dikenal dengan kue ranjang, dalam bahasa Mandarin disebut dengan Nian Gao atau dalam dialek Hokkian disebut dengan Ti Kwe, yang diperoleh dari wadah cetakan kue yang berbentuk Keranjang. Dalam dialek Hokkian, Ti Kwe memiliki arti sebagai “kue manis” yang sering disusun tinggi  bertingkat-tingkat yang memiliki arti sebagai peningkatan rezeki atau  kemakmuran. Di China ada kebiasaan untuk  menyantap kue keranjang ini terlebih dahulu saat tahun baru dengan  harapan mendapatkan keberuntungan dalam pekerjaan. Kue ini terbuat dari tepung ketan dan gula yang menjadikan kue keranjang ini memiliki tekstur yang kenyal dan lengket.

Angpau

Amplop merah ini selalu dinanti saat perayaan imlek. Mulai dari anak kecil hingga dewasa bakalan senang jika menerima amplop merah yang satu ini. Salah satu makna angpau adalah filosofi transfer kesejahteraan atau energi. Transfer kesejahteraan dari orang mampu ke tidak mampu, dari orangtua ke anak-anak, dari anak-anak yang sudah menikah ke orangtua. Angpau  dalam perayaan tahun baru Imlek diberikan oleh seseorang yang sudah menikah kepada anak-anak, orang tua, ataupun dewasa yang belum menikah.

Jeruk Mandarin

Tak hanya ada kue keranjang dan angpau  yang menemani perayaan tahun baru Imlek, namun ada juga jeruk. Jeruk  dalam bahasa Mandarin disebut ‘chi zhe’, ‘chi’ artinya rezeki dan ‘zhe’  berarti buah. Jadi, makna dari jeruk pada Imlek adalah buah pembawa  rezeki. Tak hanya jeruknya sendiri saja yang memiliki arti baik, namun warna jeruk juga memiliki arti. Masyarakat China menganggap jika warna orange cerah ini sebagai lambang emas yang berkonotasi pada rezeki yang berupa uang.

Barongsai

Tak lengkap rasanya jika saat perayaan tahun baru imlek, tapi ada tarian singa. Konon kabarnya, tarian barongsai ini memiliki makna untuk mengusir roh-roh jahat, karena mereka percaya jika monster, hantu, roh-roh jahat takut  dengan suara keras. Alasan tersebutlah yang menjadi alasan kenapa Barongsai selalu hadir dalam perayaan imlek. Tak hanya tarian barongsainya saja yang memiliki arti, namun suara pukulan simbal, gong, gendang yang mengiringi tarian Barongsai memiliki makna membawa keberuntungan.

Emas dan Merah

Pada perayaan tahun baru Imlek, sadar atau tidak mungkin kamu akan disuguhi oleh dekorasi yang didominasi oleh warna emas dan merah. Warna  merah dalam perayaan imlek dipercaya sebagai pembawa keberuntungan, sedangkan warna emas atau kuning dianggap sebagai warna paling indah, sebab kuning menghasilkan Yin dan Yang menurut pepatah kuno Tiongkok.  Maka dari itu, warna kuning memiliki arti sebagai pusat dari segala hal.